Review Kuliah Psikodiagnostik II Kuliah 1
Observasi
adalah aktivitas pencatatan fenomena yang
dilakukan secara sistematis. Contoh observasi adalah mengamati tingkah laku kiper
ketika gawang yang dijaganya dibobol oleh pemain lawan dalam suatu pertandingan
sepak bola.
Berdasarkan posisi peneliti (observer), observasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Partisipan
(participant observation) adalah peneliti juga ikut
terlibat dalam kegiatan orang yang menjadi obyek penelitian.
b.Non-partisipan
(non-participant observation) adalah peneliti tidak
terlibat langsung dalam kegiatan orang yang menjadi obyek penelitian. Disini peneliti
hanya sebagai pengamat (penonton) saja.
Observasi dapat pula berjenis:
a. Systematic (ada teori, ada
perencanaan yang matang).
- Natural/non-eksperimental.
-
Tidak natural (ada intervensi)/eksperimental.
b. Unsystematic.
Observasi tidak boleh menggunakan unsur
subyektivitas. Observer hanya
melihat, mendengar, dan mencatat suatu tingkah laku obyek penelitiannya. Cara agar
terhindar dari unsur subyektivitas antara lain:
a. Jaga
jarak dengan obyek penelitian.
b. Hanya
membuat deskripsi.
c. Hanya
mengacu kepada teori ilmiah yang sudah terbukti.
d. Tidak
membuat penilaian (judge), hanya
kesimpulan.
e. Peneliti
harus lebih dari satu.
f.
Peneliti harus punya pengalaman.
g. Peneliti
harus menguasai teori ilmiah.
Keunggulan dari observasi yang
diungkap oleh Guba & Lincoln (1991) adalah:
a. Didasarkan
pada pengalaman secara langsung.
b Memungkinkan
melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian
sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.
c. Memungkinkan
mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang
langsung diperoleh dari data.
d. Sering
terjadi keraguan pada peneliti, apakah ada yang “bias” dan memerlukan
pengamatan ulang.
e Memungkinkan
peneliti mengerti situasi-situasi sulit.
f. Dalam kasus-kasus tertentu, saat teknik
komunikasi lainnya tidak memungkinkan, pengamatan menjadi alat yang sangat
bermanfaat.
Sedangkan kelemahan observasi adalah
observasi tidak tahu motif seseorang dalam melakukan suatu perilaku.
Jehoda,dkk. (1958) memberi batasan
keilmiahan teknik ini. Selama masih menggunakan kaidah sebagai berikut, teknik
ini dianggap ilmiah, yaitu:
a. Mengabdi
kepada tujuan-tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
b. Direncanakan
secara sistematis.
c.Dicatat
dan dihubungkan dengan proposisi-proposisi yang lebih umum, tidak hanya
dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu belaka.
d.Dapat
dicek dan dikontrol validitas dan reliabilitas ketelitiannya sebagaimana data
ilmiah lainnya.
Sedangkan syarat penelitian ilmiah
antara lain:
a. Ada
teori yang mendukung.
b. Ada
obyek yang diteliti.
c. Memenuhi
empiris.
d. Terukur
(valid dan reliable).
e. Sistematis.
Etika dalam observasi yaitu:
a.Tidak
boleh terkait dengan hal-hal yang bersifat pribadi (sensitif).
b. Tidak
boleh memberi intervensi yang berlebihan.
c. Waktu
tidak bisa terlalu lama.
Observasi sering ditanyakan sisi
validitas dan reliabilitasnya. Untuk mencapai validitas, yang perlu dilakukan
peneliti yaitu:
a. Menggunakan
tim dalam melakukan pengamatan.
b. Selalu
mengkaji ulang hasil pengamatan yang diperolehnya.
c. Memaparkan
data hasil observasi dengan bahasa yang jelas.
d. Selalu
mengedepankan data actual, objektif, dan sesuai konteks penelitian.
Sedangkan untuk mencapai reliabilitas,
hal yang perlu dilakukan adalah:
a. Melakukan
pengamatan secara sistematis.
b. Melakukan
pengamatan secara berulang untuk objek yang sama.
c.Melakukan
kombinasi pengamatan dalam situasi yang berbeda sehingga diperoleh akumulasi
pemahaman seakurat-akuratnya tentang objek yang diamati.
Daftar Pustaka
Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Ed.II). Jakarta: Erlangga.
Djaali dan Muldjono, Pudji. (2007). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
1 comment:
hahahaha...senang bisa berkunjung pada "darkness of blog" tapi isinyaaaa...mencerahkan...
good design SOB..i love it...salam SOBAT !
Post a Comment